Beijing (ANTARA) - China menuding etnis minoritas muslim Uighur di Xinjiang berada di balik serangan yang disebut dilakukan teroris, yang jumlahnya mencapai 200 kali di barat laut Provinsi Xinjiang.
Sejak dulu etnis Uighur yang beragama Islam mendapat "perlakuan khusus" di negara komunis yang menganut liberalisme ekonomi dengan kendali sangat ketat dari Beijing.
Pemerintah China, Senin, juga menggarisbawahi peningkatan ketegangan di daerah yang merupakan rumah bagi muslim Uighur itu.
Beberapa insiden mematikan telah terjadi di Xinjiang tahun ini dan pemerintah China telah menyalahkan serangan berapi-api di Lapangan Tiananmen Beijing itu kepada teroris dari daerah.
Pada sisi lain, Beijing juga menekan kebebasan berpendapat masyarakatnya, di antaranya melarang organisasi Falun Dafa alias Falun Gong untuk berekspresi. Juga mengendalikan secara ketat apa saja di Tibet, yang mereka aneksasi sepihak pada dasawarsa '50-an.
China belakangan ini makin agresif mengklaim kepemilikan tunggal hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, juga Laut China Timur, di mana mereka berhadapan dengan Jepang dan Korea Selatan.
Editor: Ade Marboen
Sejak dulu etnis Uighur yang beragama Islam mendapat "perlakuan khusus" di negara komunis yang menganut liberalisme ekonomi dengan kendali sangat ketat dari Beijing.
Pemerintah China, Senin, juga menggarisbawahi peningkatan ketegangan di daerah yang merupakan rumah bagi muslim Uighur itu.
Beberapa insiden mematikan telah terjadi di Xinjiang tahun ini dan pemerintah China telah menyalahkan serangan berapi-api di Lapangan Tiananmen Beijing itu kepada teroris dari daerah.
Pada sisi lain, Beijing juga menekan kebebasan berpendapat masyarakatnya, di antaranya melarang organisasi Falun Dafa alias Falun Gong untuk berekspresi. Juga mengendalikan secara ketat apa saja di Tibet, yang mereka aneksasi sepihak pada dasawarsa '50-an.
China belakangan ini makin agresif mengklaim kepemilikan tunggal hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, juga Laut China Timur, di mana mereka berhadapan dengan Jepang dan Korea Selatan.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © 2013