Tips Dan Trik

Penderita HIV/AIDS di Bireuen Meninggal Karena Lambat Ditangani

Bireuen, 17/12 (Antara) - Sedikitnya 18 dari 24 penderita Human Immunodeficiency Virus Infection /Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang terdeteksi di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, dalam dua tahun terakhir meninggal dunia, karena terlambatnya penanganan medis.
    
"Rata-rata penderita virus mematikan itu terdeteksi sudah pada tahap yang parah (AIDS-red), sehingga tidak dapat lagi ditangani dengan terapi obat dan pendampingan konseling," ucap Fadhli Djaelani, pengurus Yayasan Permata Atjeh Peduli (YPAP), di Bireuen, Selasa.
    
YPAP adalah lembaga non pemerintah yang konsen melakukan pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS dan sosialisasi pencegahannya di beberapa kabupaten kota di Aceh. Selain giat melakukan program bagi penyandang cacat atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
    
Penderita HIV/AIDS di daerah itu, sebut Fadhli terdeteksi saat melakukan donor darah, selebihnya saat menjalani pemeriksaan darah di laboratorium. Dari data itu, YPAP menemui penderita dan melakukan pendampingan, meski sebagiannya menolak bekerja sama.
    
"Jumlah tersebut hanya yang terdeteksi sesuai dengan data yang diperoleh di dinas terkait, dugaan masih ada penderita HIV-AIDS di Kabupaten Bireuen yang belum terdeteksi," katanya.
    
Dari jumlah yang sudah meninggal itu, empat diantaranya menjadi korban dari pelayanan kesehatan yang tidak steril di unit pelayanan kesehatan di sebuah daerah. Korban ini tidak sadar telah terinfeksi HIV/AIDS, sehingga saat diketahui sudah terlambat untuk ditangani.
    
"Dari konseling yang kami lakukan, para penderita virus mematikan itu enggan memeriksakan kesehatannya secara rutin sebab takut diketahui orang lain, sebab cenderung masyarakat langsung menabalkan penderita HIV-AIDS sebagai orang berbahaya," ucap Fadhli.  
    
Dilanjutkan, lembaganya akan terus melakukan pendampingan kepada penderita HIV-AIDS serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit itu. Sebagaimana yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir bekerja sama dengan lembaga internasional dan lokal.
    
"Jika masyarakat memandang negatif penderita HIV/AIDS, penderita mengasingkan diri, selain itu dapat mematikan hak-hak sosialnya, sebab ada dari kalangan penderita penyakit mematikan bukan sebab prilaku negatif penderitanya, tetapi korban keadaan," ucap dia.
    
Selama 2013, YPAP melakukan sosialisasi pencegahan HIV-AIDS di Bireuen kepada  kalangan waria, pekerja seks komersial (PSK), narapidana dan kelompok rentan lainnya secara periodik. Sosialisasi untuk memberikan pemahaman untuk menurunkan tingkat penyebaran virus HIV-AIDS di daerah itu. (Murdeli)
Share this post :
Tips Dan Trik
Tips Dan Trik
 
Design By Gamiah | CSS | Support
Copyright © 2013. Antara Aceh
Pedoman Media Siber
REDAKSI